Tips1
1. Tidak seperti media cetak, koran misalnya, yang bisa “baca ulang” kalo gak ngerti, pendengar radio mah kagak bisa “ngulang denger”. Makanye, info atau berita radio mesti langsung jelas, mudah dipahami. “It has to be clear the first time, because there is no second chance!” Kagak ada kesempatan kedua! Padahal ya, “Andai saja aku masih punya kesempatan kedua…” kata Tangga.
2. Tidak seperti TV yang ada gambar untuk dukung kata-kata, di radio kagak ada tuh gambar. Itu artinya, naskah siaran/berita mesti bisa ngegambarin semua hal. Naskah juga harus menarik perhatian pendengar.
3. Tak seperti Internet, berita radio tidak tersedia dan terarsipkan dalam jangka waktu lama banget. Kita hanya punya satu, dan hanya satu, kesempatan untuk menyampiakan info itu. “You have one, and only one, opportunity to make an impact!”
4. Radio is conversational. Radio itu obrolan. Jangan pernah sampaikan berita radio seperti orang yang sedang baca, terdengar kayak orasi ilmiah atau dosen baca buku teks di kelas yang pastinya bikin ngantuk. Sampaikan info dengan gaya ngobrol –bukan ngobral, tukang dagang kali ngobral…!
5. Radio is personal. Radio itu sifatnya pribadi. Kita, saat siaran, berbicara kepada satu orang pendengar. Itulah sebabnya naskah kita mesti “diceritakan”, bukan dibaca. “has to sound like it is “talked”, not read”.
6. Naskah radio mesti ketat, padat, tegas, lugas, dan di atas semua itu, menarik!
Tips2
1. Use everyday language, gunakan bahasa sehari-hari, kata-kata yang biasa dipakai dalam obrolan.
2. Write short sentences, tulis dalam kalimat pendek.
3. Use one idea to a sentence, satu ide untuk satu kalimat.
4. Use the present tense if possible, gunakan “masa sekarang”, hindari kata-kata “telah”, “sudah”, “akan”, dsb.
Tips3
Kalau kita sedang ngobrol dengan teman, sang teman bisa hentikan omongan kita untuk nanya yang gak ngerti. Tapi saat kita bicara di radio, apa pendengar bisa bilang gini: “Tunggu, penyiar, tadi apa…? Coba ulangi…”! Ya nggak lah…! Paling juga pendengar pindah gelombag kalo siaran kita memusingkannya.
1. Hati-hati jangan : “baca” terlalu cepat, “komat-kamit” (mumble) alias gak jelas pengucapannya (Sunda: ngagerenyem), monoton, tanpa nada kalimat (infleksi).
2. Beri tekanan pada kata-kata penting di tiap kalimat. Jika kita paham betul naskah yang kita sampaikan, sebenarnya kita akan secara otomatis menekankan kata-kata kunci. Maka, pahami dulu, baru sampaikan!
3. Sampaikan info dengan antusias, jangan terdengar malas, gak mood, apalagi kayak kagak ngarti sama info yang disampaikan. Bloon ih, gitu nanti kata pendengar.
0 komentar Anda:
Posting Komentar