Blogger Themes

Translate To Your Language

Minggu, Januari 25, 2009

5 KUNCI MENULIS UNTUK TELINGA

Menulis untuk radio, mulai dari naskah siaran, naskah iklan, naskah berita dan lain sebagainya, memiliki aturan yang berbeda dari menulis biasa atau menulis untuk media cetak. Menulis untuk radio adalah menulis apa yang ingin kita sampaikan dan dengarkan. Menulis untuk radio, adalah menulis untuk telinga.
Paling tidak terdapat 5 prinsip kunci yang perlu kita perhatikan untuk menulis naskah program radio.

1. diucapkan
Naskah radio bukan merupakan bahan bacaan tapi merupakan bahan ucapan yang akan disampaikan melalui suara penyiar. Jadi, isi tulisan sebaiknya menggunakan bahasa tutur yang biasa diucapkan sehari-hari. Dengan menggunakan kosa kata bahasa lisan, pendengar akan dengan mudah memahami artinya. Jangan takut untuk menggunakan kata-kata yang sama (pengulangan kata) asal penempatannya pas dan enak didengar. Gaya penyampaiannya harus alamiah, bukan dibuat-buat.

2. bersifat ’sekarang’
Keistimewaan radio adalah kesegeraannya. Untuk itu penulisan naskah radio pun disarankan menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi. Informasi yang disampaikan melalui radio sebagian besar bersifat langsung, begitu terjadi sesuatu bisa langsung disampaikan, meski tidak menutup kemungkinan penyiar menceritakan apa yang dialaminya diwaktu yang lalu.

3. pribadi
Sifat radio adalah personal. Meskipun pada waktu yang bersamaan yang mendengarkan radio jumlahnya bisa ribuan orang, mereka masing-masing mendengarkan sendiri-sendiri atau paling tidak dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk itu, sebaiknya dalam naskah radio digunakan sapaan yang pribadi. Apa yang kita sampaikan bukan untuk masa dalam jumlah besar seperti saat berpidato, tapi lebih ke perseorangan. Radio adalah teman bagi pendengarnya, sehingga pada saat penyiar berbicara harus disampaikan seolah-olah berbicara dengan seorang teman.

4. didengar sekali
Sekali disiarkan, siaran radio tidak bisa diulang. Kecuali untuk program acara yang direkam, itupun baru bisa diulang jika memang ada jadual siaran ulang. Dengan demikian, harus disadari bahwa jika pendengar tidak paham dengan apa yang kita sampaikan, mereka akan mengalami kesulitan untuk mendengarkan ulang. Ingat, kita hanya memiliki sekali kesempatan untuk menyampaikan pesan kita ke pendengar.
Yang biasa membuat bingung pendengar:
• - kalimat yang terlalu panjang
• - penggunaan istilah-istilah tekhnis tanpa penjelasan
• - terlalu banyak informasi yang disampaikan dalam satu kalimat
• - ide / gagasan yang sulit dipahami

5. hanya suara
Suara adalah media kita untuk menyampaikan informasi kepada pendengar. Untuk itu jangan gunakan kata-kata yang kabur maknanya. Hindari kata-kata yang bunyinya berulang agar pendengar tidak bingung.
Misalnya: “Bangunan itu dibangun oleh kontraktor swasta” menjadi “Gedung itu dibangun oleh kontraktor swasta”
Hindari juga menggunakan kata-kata yang bunyinya mirip namun maknanya berbeda. Penggunaan tanda baca juga sangat penting. Seringkali terjadi, pada saat menyampaikan sesuatu, penyiar terhenti sejenak karena bingung hanya gara-gara penggunaan tanda baca pada naskah yang tidak tepat. Meski hanya sebentar, kesalahan ini akan diketahui oleh pendengar.
Misalnya: “Anjing mengejar orang gila” jika tidak ditulis dengan tanda baca yang benar, bisa menjadi: “Anjing mengejar orang gila//” atau “Anjing mengejar orang/ gila//”

Setelah naskah siaran selesai dibuat, bacalah dan ucapkanlah. Jika:
• tidak mudah dituturkan
• terdengar aneh
• tidak jelas / rancu
• terdengar kompleks / rumit
UBAHLAH sebelum terlambat.

RADIO WATCH: RADIO MERELAY TELEVISI? LUCU!

Sejak pertama kali muncul ke muka bumi ini, radio langsung memiliki karakter khas yang tidak dimiliki media lain. Yaitu kecepatan dalam menyampaikan informasi. Disamping ciri khas lain yaitu Theater of Mind dan Personal, kecepatan ini menjadi keunggulan utama radio. Belum ada media lain yang mampu menandinginya, sampai saat ini.

Tapi di Indonesia, kelebihan utama radio tersebut nyaris lenyap. Beberapa radio justru berkolaborasi dengan media televisi, yang tingkat kecepatan penyampaian informasinya masih dibawah radio. Banyak radio yang bangga jika merelay siaran televisi! Jika menilik kecepatan dalam menyampaikan informasi, seharusnya televisi yang merelay radio, bukan sebaliknya. Di beberapa negara maju, relay radio terhadap televisi bukan berupa kumpulan berita atau buletin berita. Mungkin talkshow atau siaran langsung. Jika menyangkut berita, justru banyak televisi yang mengutip radio.
Sebagian radio berkilah, kerja sama relay dengan televisi sangat menguntungkan karena akan meningkatkan image radio tersebut. Pertama, nama radio akan selalu disebutkan oleh penyiar di televisi. Ini promosi yang luar biasa karena jangkauan sebuah stasiun televisi biasanya lebih luas dibanding radio bersangkutan. Kedua, mendapatkan informasi tambahan yang mungkin tidak dimiliki radio tersebut (biasanya bagi radio yang tidak memiliki banyak SDM di bagian redaksi). Tapi, faktor pertama yang lebih kuat, sehingga cenderung mengabaikan kualitas siaran.

Untuk menyusun sebuah paket informasi, televisi membutuhkan waktu berjam-jam. Paling hebat, berita yang muncul di paket buletin berita televisi adalah informasi yang terjadi satu jam sebelumnya. Jadi buat pendengar radio, sesungguhnya informasi tersebut sudah basi, karena radio yang baik akan langsung menyiarkan informasi beberapa saat setelah peristiwanya terjadi.

Saya pernah mendengar sebuah paket berita televisi di radio. Rasanya… lucu sekali. Penulisan naskah televisi tergantung pada gambar. Sedangkan penulisan naskah radio, tergantung pada suara. Dua hal yang bertolak belakang, karena suara tidak bergambar, sedangkan sebagian besar gambar tidak bersuara (kalaupun bersuara, seringkali tidak jelas menggambarkan apa).

Penyiar televisi membacakan naskah… lalu muncullah gambar. Selama 5 detik, penyiar tersebut berhenti bersuara. Gambarlah yang terus ditayangkan. Di radio, 5 detik tanpa suara sudah termasuk kategori dead air. Kondisi ketika ruang udara pendengar Anda sunyi senyap dalam jangka waktu tertentu. Ada beberapa kemungkinan; bisa operatornya lambat memutar paket selanjutnya, bisa karena penyiarnya lupa materi siaran, bisa karena komputernya hang dan lain sebagainya. Tapi kondisi itu sama sekali tidak diharapkan.

Tapi ketika merelay siaran televisi, kondisi itu seringkali terjadi. Tidak mungkin penyiar televisi terus menerus bicara. Dia pasti berhenti pada saat gambar-gambar menarik ditampilkan. Apa menariknya gambar-gambar tersebut buat pendengar radio??? Yang ada hanyalah ruang dengar kosong! Mending jika gambar yang ditampilkan memiliki suara.

Pernah juga saya mendengar relay televisi di radio, yang membuat saya mesem-mesem sendiri. Penyiar televisinya berkata, ”Pemirsa berikut kami tampilkan nama-nama korban kecelakaan tersebut…” Maka muncullah (belasan nama korban di layar diiringi) backsound lagu intrumental selama 10 sampai 15 detik. Yang terdengar di radio hanya backsound musiknya. Gambar yang memperlihatkan nama-nama korban tersebut tidak ada! Lucu sekali relay tersebut…
Lebih gawat (atau lucu?) lagi, karena banyak juga televisi yang menampilkan data semacam itu tanpa diiringi musik instrumental. Jadi selama 10-15 detik, pendengar hanya menikmati angin atau paling banter mendengarkan suara tarikan nafas penyiar televisi. Sangat merugikan! Sangat naif!

Seharusnya, radio itu menyiapkan penyiar di studio yang selalu siap sedia, selama relay siaran berita televisi tersebut berlangsung. Jika televisi hanya memperlihatkan data, diagram, daftar nama dan lain-lain dalam bentuk tulisan/gambar, bisa segera membantu dengan cara membacakannya. Pendengar pasti akan sangat terbantu. Selama ini kami pendengar hanya mampu berimajinasi hehehe…
Kalau radio tanpa suara, bukan radio namanya!

oleh dodimawardi


oleh dodimawardi

Baca Juga

Links