Blogger Themes

Translate To Your Language

Rabu, Januari 28, 2009

KEBIASAAN BURUK PENYIAR

1. Menaik-turunkan potensio meter (level/slide) musik ketika ngomong.. tau kan.. "wah indah sekali hari ini (tarik nafas, suara musik backsound digedein trus diturunin lagi..) jangan lupa bawa payung (dst..dst..)

2. Memotong lagu (hehehe.. benciiii banget ama penyiar yang kaya gini dulu.. lagi dengerin lagunya NKOTB.. refrain terakhir..eh dia ngomoooong)

3. Nyebutin nama nya sendiri berulang-ulang.

4. Kebanyakan ngomong kalimat basa-basi spt "jangan kemana-mana" ato "don't go anywhere".

5. Terlalu sering pake space filler yang kurang penting, kayak "which is", "mungkin", "agak-agak", "misalnya", "yg namanya", "ya", "Nah...", dll.

6. Kebanyakan ngomong daripada lagunya (mending kalo topiknya seru...)

7. Klo siaran duet banyak becandanya yg sering ga nyambung ma pendengar (cuma mrk ber-2 yg ngehsementara pendengar cuma bisa bilang "nich penyiar ngomong apaan seh?")

8. Salah pengucapan dlm penyampaian naskah/materi.

9. Ngasi informasi, tapi ujung2nya masih lagi ditambahin "Makanya.... ." atau "Jadi.....".

10. Penyiar yang cuma ngandelin sms dari pendengar tanpa tau arah dari siaran utamanya. Jadinya respon positif pendengar bakal gak tercapai.

11. Gak bisa matching lagu dengan suasana or topic yang diangkat.

12. Keceplosan ngomong kasar (atau keceplosan pada umumnya).

13. Menurunkan slide di tengah2 bicara, hanya utk ngambil nafas.

14. Udah dateng siarannya telaat.. eh pas on-air minta maaf udah gitu ngasih excuse kenapa telat: macet lah, ini lah, itulah

15. Panik nurunin suara telepon pas si caller salah nyebut nama radio tetangga di radio kita..

16. Penyiar OKE!.. yang bisa nyebut kata Oke sampe 20 kali satu cut ngomong.

17. Kata lain yg sering diucapin di tengah atau di akhir kalimat : "gitu kan?", "gitu lho" dan "gitu" yang lain2.

18. sering kali nge-call waktu, trus nyebutinnya pake "pukul", jadinya penyiar PUKUL deh (ini lebih banyak ditemui di penyiar RRI ?, ngaku deh).

19. Kebanyakan berdoa buat pendengar (smoga ini, smoga itu, smoga apa lah, pendek kata siaranya penuh dengan smoga. kalo yg gini baiknya jadi ustadz atau pendeta aja dah...

20. Penyiar sering mengeluarkan bunyi.."emmmh" , bisa jadi karena lupa "script". Deuh mustinya sebelum siaran, kerokan dulu pake minyak kayu putih, biar sekali aja keluar suara "ehhhhmmmmmmmmmm" panjaaanggg.

21. Penyiar yg gak update wawasan, misalnya "itu tadi tembang yang dibawakan oleh The Police - Every breath you take, Lagu ini pernah merajai tangga lagu billboard di tahun 80an"... gubrakkk!.. mbok ya lebih spesifik tahun berapa gituh, biar kesannya nggak cemen. Semua juga tahu lagu itu beken tahun 80an.

22. Habis Lagu, Kelamaan backsoundnya. .(bagus kalo Backsoundnya Asik..). Maybe lagi pipis ke kamar kecil..akhirnya telat ngomongnya..

23. Ketukan Backsound Tidak sesuai dengan Irama atau Speed Penyiarnya.. jadi kedengaran ganjil (ato back Sound tidak sesuai dengan karakter penyiar dan Konten acara)

24. Potensio Backsound udh di turunin tapi telat ngomong...

25. Pilih Kasih dalam Nerima telpon..Klo cewek, hangat banget. Tapi klo cowok, singkat padat dan jelas..hehehe, Diskriminatif banget..(utk penyiar co)

26. Basa-basi yang Basi banget ke Narasumber, misalnya nanya "apa kabar? gimana sehat?, Udah siap pak?". Klo Narasumbernya udah hadir, berarti dia udah siap, "langsung jebret ajha"...

27. 5 menit sblm siaran ato pas putar iklan, eh..malah ngerokok di luar ?? biasanya penyiar malem tuh...

28. Jengkel kalo ada yang memulai siaran agak narsis, misalnya "hello ketemu lagi bareng gue siti, yang sangat cantik sekali dan harum mewangi".

29. Paling gemes kalo ada yang biasa komentar "capek deh","yuuk" ...hayo ngaku siapa yang sering ngomong kayak gitu..

30. Paling annoying, kalo si penyiar kelihatan akrab dengan pendengar yg on air berkali-kali.

31. Kebalikan dengan nomor 30, paling annoying juga kalo penyiar berkomentar secara kasar lewat on-air kepada pendengarnya yang sering on-air (kelihatan tidak professional)

32. Nah...jengkel juga kalo ada penyiar yang gak becus baca SMS, maksudnya sms yang masuk langsung dibaca (gak dipahami dulu) dan karena karakternya gak karuan, penyiarnya malah mengeja.

33.Denger penyiar yang kecap (bunyi yang terjadi karena bibir ama lidah nempel) kelihatan jelas, tarikan nafasnya kedengaran jelas dan berkali-kali serta kedengeran nelah ludah..

34. Penyiar yang patnering (atau berdua) dan keduanya mempunyai balance yang berbeda, misalnya sinkronisasi micropone yang beda. atau siaran berdua tapi yang satu banyak ngomong, yang satu cumin bilang "ya", "betul", "setuju".

35. Nyebutin kata prokem yang agak panas di telinga misalnya "bokap", "nyokap".... . nah apalagi kalo di radio yang notabenenya bukan di kota-kota amat....

36.Penyiar yang labil siarannya pada waktu melihat dan mendengar komentar yang buruk tentangnya.

Minggu, Januari 25, 2009

5 KUNCI MENULIS UNTUK TELINGA

Menulis untuk radio, mulai dari naskah siaran, naskah iklan, naskah berita dan lain sebagainya, memiliki aturan yang berbeda dari menulis biasa atau menulis untuk media cetak. Menulis untuk radio adalah menulis apa yang ingin kita sampaikan dan dengarkan. Menulis untuk radio, adalah menulis untuk telinga.
Paling tidak terdapat 5 prinsip kunci yang perlu kita perhatikan untuk menulis naskah program radio.

1. diucapkan
Naskah radio bukan merupakan bahan bacaan tapi merupakan bahan ucapan yang akan disampaikan melalui suara penyiar. Jadi, isi tulisan sebaiknya menggunakan bahasa tutur yang biasa diucapkan sehari-hari. Dengan menggunakan kosa kata bahasa lisan, pendengar akan dengan mudah memahami artinya. Jangan takut untuk menggunakan kata-kata yang sama (pengulangan kata) asal penempatannya pas dan enak didengar. Gaya penyampaiannya harus alamiah, bukan dibuat-buat.

2. bersifat ’sekarang’
Keistimewaan radio adalah kesegeraannya. Untuk itu penulisan naskah radio pun disarankan menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi. Informasi yang disampaikan melalui radio sebagian besar bersifat langsung, begitu terjadi sesuatu bisa langsung disampaikan, meski tidak menutup kemungkinan penyiar menceritakan apa yang dialaminya diwaktu yang lalu.

3. pribadi
Sifat radio adalah personal. Meskipun pada waktu yang bersamaan yang mendengarkan radio jumlahnya bisa ribuan orang, mereka masing-masing mendengarkan sendiri-sendiri atau paling tidak dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk itu, sebaiknya dalam naskah radio digunakan sapaan yang pribadi. Apa yang kita sampaikan bukan untuk masa dalam jumlah besar seperti saat berpidato, tapi lebih ke perseorangan. Radio adalah teman bagi pendengarnya, sehingga pada saat penyiar berbicara harus disampaikan seolah-olah berbicara dengan seorang teman.

4. didengar sekali
Sekali disiarkan, siaran radio tidak bisa diulang. Kecuali untuk program acara yang direkam, itupun baru bisa diulang jika memang ada jadual siaran ulang. Dengan demikian, harus disadari bahwa jika pendengar tidak paham dengan apa yang kita sampaikan, mereka akan mengalami kesulitan untuk mendengarkan ulang. Ingat, kita hanya memiliki sekali kesempatan untuk menyampaikan pesan kita ke pendengar.
Yang biasa membuat bingung pendengar:
• - kalimat yang terlalu panjang
• - penggunaan istilah-istilah tekhnis tanpa penjelasan
• - terlalu banyak informasi yang disampaikan dalam satu kalimat
• - ide / gagasan yang sulit dipahami

5. hanya suara
Suara adalah media kita untuk menyampaikan informasi kepada pendengar. Untuk itu jangan gunakan kata-kata yang kabur maknanya. Hindari kata-kata yang bunyinya berulang agar pendengar tidak bingung.
Misalnya: “Bangunan itu dibangun oleh kontraktor swasta” menjadi “Gedung itu dibangun oleh kontraktor swasta”
Hindari juga menggunakan kata-kata yang bunyinya mirip namun maknanya berbeda. Penggunaan tanda baca juga sangat penting. Seringkali terjadi, pada saat menyampaikan sesuatu, penyiar terhenti sejenak karena bingung hanya gara-gara penggunaan tanda baca pada naskah yang tidak tepat. Meski hanya sebentar, kesalahan ini akan diketahui oleh pendengar.
Misalnya: “Anjing mengejar orang gila” jika tidak ditulis dengan tanda baca yang benar, bisa menjadi: “Anjing mengejar orang gila//” atau “Anjing mengejar orang/ gila//”

Setelah naskah siaran selesai dibuat, bacalah dan ucapkanlah. Jika:
• tidak mudah dituturkan
• terdengar aneh
• tidak jelas / rancu
• terdengar kompleks / rumit
UBAHLAH sebelum terlambat.

RADIO WATCH: RADIO MERELAY TELEVISI? LUCU!

Sejak pertama kali muncul ke muka bumi ini, radio langsung memiliki karakter khas yang tidak dimiliki media lain. Yaitu kecepatan dalam menyampaikan informasi. Disamping ciri khas lain yaitu Theater of Mind dan Personal, kecepatan ini menjadi keunggulan utama radio. Belum ada media lain yang mampu menandinginya, sampai saat ini.

Tapi di Indonesia, kelebihan utama radio tersebut nyaris lenyap. Beberapa radio justru berkolaborasi dengan media televisi, yang tingkat kecepatan penyampaian informasinya masih dibawah radio. Banyak radio yang bangga jika merelay siaran televisi! Jika menilik kecepatan dalam menyampaikan informasi, seharusnya televisi yang merelay radio, bukan sebaliknya. Di beberapa negara maju, relay radio terhadap televisi bukan berupa kumpulan berita atau buletin berita. Mungkin talkshow atau siaran langsung. Jika menyangkut berita, justru banyak televisi yang mengutip radio.
Sebagian radio berkilah, kerja sama relay dengan televisi sangat menguntungkan karena akan meningkatkan image radio tersebut. Pertama, nama radio akan selalu disebutkan oleh penyiar di televisi. Ini promosi yang luar biasa karena jangkauan sebuah stasiun televisi biasanya lebih luas dibanding radio bersangkutan. Kedua, mendapatkan informasi tambahan yang mungkin tidak dimiliki radio tersebut (biasanya bagi radio yang tidak memiliki banyak SDM di bagian redaksi). Tapi, faktor pertama yang lebih kuat, sehingga cenderung mengabaikan kualitas siaran.

Untuk menyusun sebuah paket informasi, televisi membutuhkan waktu berjam-jam. Paling hebat, berita yang muncul di paket buletin berita televisi adalah informasi yang terjadi satu jam sebelumnya. Jadi buat pendengar radio, sesungguhnya informasi tersebut sudah basi, karena radio yang baik akan langsung menyiarkan informasi beberapa saat setelah peristiwanya terjadi.

Saya pernah mendengar sebuah paket berita televisi di radio. Rasanya… lucu sekali. Penulisan naskah televisi tergantung pada gambar. Sedangkan penulisan naskah radio, tergantung pada suara. Dua hal yang bertolak belakang, karena suara tidak bergambar, sedangkan sebagian besar gambar tidak bersuara (kalaupun bersuara, seringkali tidak jelas menggambarkan apa).

Penyiar televisi membacakan naskah… lalu muncullah gambar. Selama 5 detik, penyiar tersebut berhenti bersuara. Gambarlah yang terus ditayangkan. Di radio, 5 detik tanpa suara sudah termasuk kategori dead air. Kondisi ketika ruang udara pendengar Anda sunyi senyap dalam jangka waktu tertentu. Ada beberapa kemungkinan; bisa operatornya lambat memutar paket selanjutnya, bisa karena penyiarnya lupa materi siaran, bisa karena komputernya hang dan lain sebagainya. Tapi kondisi itu sama sekali tidak diharapkan.

Tapi ketika merelay siaran televisi, kondisi itu seringkali terjadi. Tidak mungkin penyiar televisi terus menerus bicara. Dia pasti berhenti pada saat gambar-gambar menarik ditampilkan. Apa menariknya gambar-gambar tersebut buat pendengar radio??? Yang ada hanyalah ruang dengar kosong! Mending jika gambar yang ditampilkan memiliki suara.

Pernah juga saya mendengar relay televisi di radio, yang membuat saya mesem-mesem sendiri. Penyiar televisinya berkata, ”Pemirsa berikut kami tampilkan nama-nama korban kecelakaan tersebut…” Maka muncullah (belasan nama korban di layar diiringi) backsound lagu intrumental selama 10 sampai 15 detik. Yang terdengar di radio hanya backsound musiknya. Gambar yang memperlihatkan nama-nama korban tersebut tidak ada! Lucu sekali relay tersebut…
Lebih gawat (atau lucu?) lagi, karena banyak juga televisi yang menampilkan data semacam itu tanpa diiringi musik instrumental. Jadi selama 10-15 detik, pendengar hanya menikmati angin atau paling banter mendengarkan suara tarikan nafas penyiar televisi. Sangat merugikan! Sangat naif!

Seharusnya, radio itu menyiapkan penyiar di studio yang selalu siap sedia, selama relay siaran berita televisi tersebut berlangsung. Jika televisi hanya memperlihatkan data, diagram, daftar nama dan lain-lain dalam bentuk tulisan/gambar, bisa segera membantu dengan cara membacakannya. Pendengar pasti akan sangat terbantu. Selama ini kami pendengar hanya mampu berimajinasi hehehe…
Kalau radio tanpa suara, bukan radio namanya!

oleh dodimawardi


oleh dodimawardi

Baca Juga

Links