Blogger Themes

Translate To Your Language

Selasa, Februari 14, 2012

My Profile on Rumah Anbi

Namanya Sandro Dandara. Musik sudah menjadi bagian hidupnya. Darah seni dalam tubuhnya menggerakkan dia untuk mengangkat lagu-lagu asli leluhurnya yang sudah jarang terdengar. Jadilah album Ina Ama Lolo a Ngga (Bapa Mama Ingatlah Kami) yang keluar pada 2001menjadi bukti cintanya pada lagu-lagu daerah Sumba. "Saya juga merasa tertantang untuk membuktikan bahwa orang Sumba juga bisa menyanyi,” Sandro berujar dalam pembicaraan dengan ANBI pada akhir April silam.

Album Sandro beredar ketika lagu-lagu daerah Sumba terbilang langka. Kalau pun ada, album lagu-lagu daerah yang ada saat itu bukan karya orang Sumba asli. Karenanya, album berbentuk kaset ini sebagai album Sumba cowok pertama di bumi Pasola. "Di album ini saya angkat kembali lagu rakyat Maladay Oli, lagu Anakalang, Sumba Tengah,”  kata penyuka semua jenis musik ini.

Dua tahun kemudian, album keduanya: Mainda Ole (Marik Kawan) keluar atas kerja sama dengan Pemerintah Daerah Sumba Barat. Di album yang menampilkan 14 lagu, featuring Umbu Soang--penyanyi dari Sumba Barat--ini, ada lagu rakyat Mainda Kata Bandara yang biasa dinyanyikan pada acara adat. Juga lagu Osa Dona Dewa Gu yang berkisah tentang anak yatim piatu.

Sandro menelurkan dua album lagu-lagu daerah Sumba ketika masih kuliah di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Pada awalnya, dia mempromosikan lagu-lagunya di Radio Sasando FM Jogja, tempat dia bekerja sebagai penyiar dari 2002 sampai awal 2006. Saat itu, penggemar R. Kelly ini menggawangi Program Lintas Nusantara, acara yang khusus menampilkan lagu-lagu daerah yang dikemas seperti tangga lagu pop. Aktivitasnya sebagai penyiar membuat sarjana Hubungan Internasional ini cukup dikenal di Kota Pelajar.

Juara Sejak SD

Bakat menyanyi Sandro sudah tampak sejak kecil. Namun, dirinya baru serius menekuni olah vokal setelah ditunjuk menjadi wakil sekolah dalam lomba menyanyi tingkat SD dan selalu menjadi juara. aat pertama kali ikut lomba menyanyi, Sandro duduk di bangku kelas tiga SDN Naikoten I Kupang. Dia dipanggil kepala sekolah untuk menggantikan temannya. Teman yang harusnya ikut lomba mendadak sakit. "Pertama kali ikut lomba jadi juara dua," ucap kelahiran Kupang 25 Juni 1982 ini.

Meski selalu juara menyanyi, Sandro belum yakin akan bakat musiknya. Namun, pendiriannya berubah ketika pindah SD Oetete 3. Lagi-lagi dia ditunjuk mewakili sekolah dalam lomba nyanyi dan selalu juara. “Sejak itulah saya serius menekuni musik,” kata penggemar R. Kelly ini. Lomba menyanyi tingkat sekolah ini juga menjadi bagian dari kegiatannya saat memakai seragam putih biru hingga berganti putih abu-abu. Abraham Gampar, Jhony Theedens, dan Aki Kalla adalah orang-orang yang dia anggap berperan dalam karier musiknya.


Keranjingan Lomba

Lomba dan kompetisi agaknya menjadi kesenangan pria yang hobi membaca, menyanyi, dance, puisi dan travelling ini. Lihat saja, dia menyabet Juara Baca Puisi Kontemporer 1998,.Runner Up Nyong Kupang 2006, 5 Besar Kupang Idol 2006, Putra Pasola 2007 (Duta Wisata Sumba Barat), dan Runner Up Duta Wisata NTT 2007.

Menamatkan SD di Kupang, SMP di Sumba, SMA di Kupang dan kuliah di Jogja. Waktu di Sumba, dia pernah menetap setahun di Sumba Barat dan setahun di Sumba Timur. Nah, di Waingapu, ibukota Sumba Timur, Sandro sekolah seminari. Namun, hanya bertahan satu tahun di sana. "Bukan panggilan," kata pemilik nama lengkap Duarte Sandro Novena Dandara.

Aktivitasnya di organisasi sejak kuliah juga tidak sedikit. Paduan suara, Lembaga Pers dan Kajian Strategic Mahasiwa, Himpunan Mahasiswa Kristiani, Keluarga Besar Sumba Jogja, Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Nusantara, adalah sederetan organisasi yang diikutinya. Tapi, sekarang, dia hanya tergabung dalam Forum Academia NTT (FAN). "Juga aktif di ANBi (ANAK NTT BERMUSIK independen, wadah musisi untuk membangun NTT lewat musik)," kata putra pasangan Markus Wadja Wadja dan Yohana Boeloe ini.

Selesai kuliah, Sandro sempat menetap di Kupang. Selama empat tahun sejak 2006, Sandro sempat menjadi manager di beberapa radio dan televisi lokal di ibukota provinsi NTT ini. Lantas, apa cita-cita Sandro? “Dulu mau jadi duta besar. Tapi, sekarang yang penting bisa berarti buat orang lain,"  kata pengusaha yang juga aktif di sebuah LSM internasional di Waitabula, Sumba Barat Daya, ini.
Sumber : Rumah Anbi

Baca Juga

Links