Blogger Themes

Translate To Your Language

Sabtu, Maret 17, 2012

Tak Perlu Jadi Orang NTT Untuk Promosikan NTT


13317413871649343589
Dr Endang Rahayu Sedyaningsih dengan menggunakan tenunan NTT dalam salah satu kegiatannya

Untuk memperkenalkan keindahan dan potensi suatu daerah tidak perlu menjadi putra atau putri daerah untuk melakukan hal tersebut. Siapapun bisa mempromosikanya apalagi kalau sudah pernah berkunjung atau menetap di suatu daerah.

133174206580546592
Dr. Endang dengan pakaian tenunan motif NTT

Hal inilah yang ditunjukan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH Dr.PH. Wanita berdarah Banyumas, Jawa Tengah yang lahir di Jakarta ini, tahun  1980-1983 pernah bertugas di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Di lokasi ini, Endang menjabat Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Waipare, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Suaminya Dr. Reanny Mamahit, SpOG, MM Puskesmas Kecamatan Bola di kabupaten Sikka.
Sudah lama meninggalkan Flores Dr Endang dengan membawa NTT dalam kenangan entah manis atau pahit karna saat beliau bertugas Listrik tak ada di kampung itu pada 1970-an, bahkan hingga 1990-an. Belum lagi keadaan Masyarakat saat itu yang secara ekonomi cukup susah mendapatkan uang dan hanya mampu  membayar dokter Puskesmas dengan ikan, ayam, telur, atau hasil bumi lainnya.

Namun yang pasti ada hal di NTT yang telah memikat Dr Endang dan membekas hingga saat ini yaitu tenunan ikatnya. Coba kita pantau media baik cetak maupun elektronik, hampir 80% kemunculannya selalu menggunakan busana yang dipadu padankan dengan motif tenunan dari Nusa Tengara Timur baik Timor, Sumba, Sabu, Rote, Alor maupun Flores.

13317419631880256101
Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih yang selalu tampil dengan balutan morif tenunan NTT diberbagai kegiatannya


Jabatanya sebagai Menteri Kesehatan RI tentunya menjadi sorotan dan bidikan kamera dan saat yang sama tenunan NTT diuntungkan karna ikut tampil di berbagai media. salah satu berita di Kompas medio Januari 2011, ketika ditanya kecintaannya terhadap tenunan dari NTT, Dr Endang menjawab “Dulu saya suka mengoleksi kain dan tidak berani memotongnya. Tapi, kalau disimpan buat apa. Jadi saya potong, dijadikan pakaian, biar bisa dilihat. Waktu saya menjadi peneliti dan pakai baju ini, sering diledek peneliti bergaya konsultan ha-ha-ha”. itulah ungkapan Dr Endang mengapa sampai saat ini sering menampilkan motif NTT dalam berbagai Event yang dihadirinya.

Epang Gawang (terima kasih dalam bahasa Sikka) untuk Dr Endang, sebagai putra- putri NTT kami bangga memiliki Ibu yang pernah bertugas di Tanah Flobamora. Ibu tetap orang Sikka di mata kami.


Baca Juga

Links