Blogger Themes

Translate To Your Language

Jumat, Juli 11, 2008

MAU JADI PENYIAR YANG DISUKAI?

Pekerjaan sebagai penyiar sering dianggap sebagai pekerjaan sampingan dan karena pekerjaan itu pekerjaan yang mudah. Kebanyakan orang berpikir kalau mau jadi penyiar tv cukup asalkan wajahnya tampan/cantik, sedangkan kalau mau jadi penyiar radio asal bisa ngomong tanpa kehabisan ide pasti sukses.

Hasil survey

Kalau kita menengok ke amerika dan negara-negara maju lainnya, akan jelas sekali kelihatan bahwa penyiar-penyiar mereka bukanlah orang sembarangan. Kemanapun channel radio atau tv yang anda ikuti akan terlihat semacam kesamaan, seperti ada suatu standard kriteria tertentu yang dimiliki. Coba perhatikan bagaimana "gesture (sikap tubuh)" para penyiar tv disana, simak baik-baik bagaimana seorang penyiar radio melontarkan pertanyaan dalam wawancara atau mempresentasikan sebuah acara musik misalnya. Lalu bandingkan dengan para penyiar kita di indonesia. Tentu anda akan merasakan bedanya. Walaupun anda mungkin tidak terlalu paham dengan bahasa para penyiar tv/radio asing itu, sedangkan para penyiar radio/tv indonesia sangat anda pahami bahasanya, tetapi pasti terasa ada yang kurang enak atau kalah enak di telinga kita atau di mata kita dibandingkan para penyiar asing tersebut. (saya berbicara pada umumnya).

Sulit tentu saja menjelaskan bagaimana caranya menjadi penyiar yang disukai dalam satu artikel sesingkat ini. Biasanya saya membutuhkan waktu sedikitnya 60 jam untuk melatih seseorang dari nol hingga memiliki ilmu & teknik dasar yang benar untuk menjadi penyiar yang berhasil. Namun dalam artikel ini anda akan tahu 3 kunci paling mendasar agar menjadi penyiar yang disukai.

Namun sebelum sampai kesana, tahukah anda apa yang menjadikan seorang penyiar itu disukai oleh audience (khalayak/publik)? Menurut survey di amerika serikat, penyiar yang disukai apabila:

  1. Mempunyai kepribadian yang mengesankan "humble (suka merendah)", tidak sok atau merasa lebih tinggi, dan harus berjiwa besar.
  2. Selalu "segar (fresh)" dalam membawakan acara atau menyampaikan berita dan "menyenangkan" dalam setiap performance-nya. (catatan: menyenangkan bukan berarti harus selalu melawak).
  3. Setiap apapun yang disampaikannya selalu sangat berarti bagi pendengar/penontonnya.
  4. Mampu mengendalikan situasi agar tetap dalam jalur acara, sementara tetap menghargai tamu, penonton atau pendengar.

Tiga kunci dasar

Perhatikan 4 hal utama diatas yang menjadikan penyiar disukai oleh publik, dimana titik beratnya justru pada apa yang ada didalam diri penyiar daripada yang terlihat dari luar. Jadi kalau kita mengaca pada diri kita atau melihat ke sekeliling kita, menurut anda sekarang sulit atau mudahkah untuk menjadi penyiar yang disukai? Ternyata cukup sulit bukan? Karena anda harus memperbaiki "penampilan dalam" terlebih dahulu sebelum "penampilan luar". Artinya anda harus merubah dulu wawasan, bayangan, perkiraan, asumsi, sikap apriori, persangkaan, pemikiran, yang biasanya sudah terbentuk terlebih dahulu jauh sebelum anda menjadi penyiar. Oleh karena itu inilah yang harus anda lakukan agar "penampilan-dalam" untuk menjadi seorang penyiar yang disukai bisa bersemai terlebih dahulu sebelum ilmu dan keterampilan teknisnya, sebagai berikut:

  1. Jangan mencoba meniru penyiar lain walau mungkin anda sangat menyukainya. Penyiar yang disukai publik adalah penyiar yang mempunyai keunikan, artinya penyiar itu harus menjadi dirinya sendiri. Ini yang disebut "kepribadian (personality)", atau dikalangan broadcaster sering disebut sebagai "air-personality". Tapi ingat, menjadi diri sendiri itu bukan berarti kita boleh berbicara dan bergaya dengan semaunya kita sendiri apa adanya seperti kalau kita mengobrol sehari-hari. Jadi tetap ada aturannya. Sebagaimana profesi lainnya, profesi penyiar memiliki ketentuan & aturan teknis sendiri yang apabila hal ini tidak diperhatikan maka anda bukanlah seorang penyiar melainkan hanya orang biasa yang kebetulan berada dibelakang microphone atau hanya sekedar benda cantik didepan kamera. Ingat, anda adalah penyiar, sebuah profesi yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang bukan penyiar. Singkatnya, anda harus "terdengar dan atau terlihat wajar sebagaimana kepribadian anda" tetapi sebenarnya apa yang anda lakukan memang anda melakukannya dengan dipikirkan, direncanakan dan dilaksanakan mengikuti aturan/ketentuan.
  2. Hayati acara yang anda bawakan, atau berita yang anda akan komunikasikan kepada publik. Antara kata-kata yang anda ucapkan, sikap tubuh sewaktu mengatakannya, dan acara yang anda bawakan atau berita yang anda sampaikan, haruslah menjadi satu kesatuan. Bukankah lebih enak menonton penyanyi yang ikut menari secara harmonis dengan para penari latar, daripada melihat penyanyi yang seolah-olah tidak tahu menahu dipanggung tentang apa yang sedang terjadi dengan para penarinya. Begitupula betapa tidak enaknya kita mendengar seorang penyiar radio yang seolah-olah hanya membacakan script (teks) saja tanpa tercemin ia mengetahui tentang lagu ataupun topik/isi acara yang sedang dibawakannya.
  3. Jaga selalu prinsip keberimbangan perhatian antara "input" dan "output". Letakkan tubuh anda pada posisi yang paling nyaman bagi anda tetapi juga paling enak dilihat dari sudut pandang publik (atau tamu yang anda hadapi. Ini bagi penyiar radio dan tv). Pusatkan konsentrasi anda pada apa yang hendak anda katakan/sampaikan, dengan tetap menjaga keberimbangannya dengan perkiraan anda atas respons yang mungkin timbul (atas apa yang akan anda sampaikan). Inilah yang saya sebutkan sebagai keberimbangan perhatian antara "input" dari radar perkiraan respons yang anda miliki dengan "output" yaitu perkataan/kalimat yang anda ucapkan ataupun gesture (gerakan-gerakan tubuh) yang anda lakukan.

Kalau pembaca artikel ini bukan penyiar atau belum menjadi penyiar, mungkin akan kesulitan memahami apa yang saya maksudkan. Mudah-mudahan dalam artikel artikel mendatang saya akan dapat menjelaskannya. Namun untuk sementara ketiga butir yang paling dasar untuk menjadi penyiar yang disukai ini bukan hanya untuk diketahui tetapi juga harus dipraktekkan sehari-hari sehingga menjadi bahagian dari kepribadian profesi anda yang otomatis muncul ketika anda berada dibelakang microphone ataupun berbicara dihadapan publik. Pada awalnya mungkin terasa agak kikuk, tapi ini akan hilang setelah beberapa hari. Para pengajar atau instruktur sering mengatakan bahwa menjadi penyiar itu harus tampil "wajar". Nah, interpretasi atas arti kata "wajar" inilah yang diartikan sebagai bicara dan tampil seperti apa adanya kalau anda dirumah berkumpul bersama teman-teman sehari-hari. Hal mendasar yang membedakannya adalah kalau anda berbicara & bersikap dilingkungan teman-teman, tentunya mereka sudah sangat mengenal pribadi anda, sedangkan tampil didepan publik sama sekali tidak ada yang mengenal anda kecuali beberapa orang saja mungkin. Dikalangan para penyiar di indonesia kewajaran seperti inilah yang banyak berlaku. Kalau mereka yakin betul bahwa itulah yang benar, maka akan sangat sulit memperbaikinya.

Dari sisi sebaliknya, bagi anda yang belum menjadi penyiar dan ingin menjadi penyiar, justru lebih mudah untuk membentuk dasar-dasar yang benar agar menjadi penyiar yang disukai daripada seseorang yang sudah menjadi penyiar selama beberapa tahun, apalagi yang sudah beken. Keterkenalan sering membuat penyiar tak mau belajar. Padahal tidak semua keterkenalan ada hubungannya dengan kepandaian maupun kemampuan.

0 komentar Anda:

Baca Juga

Links