Blogger Themes

Translate To Your Language

Minggu, Maret 10, 2013

Sandro Dandara Populerkan Lagu Daerah Sumba (Pos Kupang)



POS KUPANG.COM -- Sandro Dandara kembali meluncurkan album yang diberi titel Album Daerah Sumba. Ini merupakan album ketiganya. Sebelumnya, Sandro demikian ia biasa disapa, sudah punya dua album. Yang pertama muncul tahun 2003, sedangkan album kedua beredar tahun 2011.

 
"Selain lagu-lagunya, hal yang membedakan yaitu pada album pertama dan kedua menggunakan kaset (tape), sedangkan album ketiga menggunakan DVD," jelas Sandro di Waitabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, Sabtu (2/3/2013).

Pria kelahiran Kupang, 25 Juni ini menuturkan, album ketiganya terdiri dari sebelas lagu. Adapun judulnya Mindaha, Bandarra, Rema Ko Ga, Pa Bei Gu, Inya, Satu Hati, Mainda, Apa Pa Sala Gu, Paulina Bagaya dan Ate Malangimu Ama. Tema lagu-lagu beragam, di antaranya tentang kehidupan masyarakat, fenomena sosial, cinta serta tentang kasih sayang orang tua. "Semua lagu punya karakter masing-masing," katanya ketika ditanya lagu apa yang menjadi andalannya.

Ia mengatakan, dalam album tersebut juga ada lagu berbahasa Kodi (Sumba Barat Daya), yaitu Mindaha dan Inya. Mindaha bercerita tentang kekaguman terhadap perempuan cantik. Sedangkan Inya mengisahkan rasa terima kasih kepada ibu.
Mengapa memilih lagu berbahasa Kodi? "Selama ini belum ada yang lirik lagu-lagu daerah Kodi yang punya cerita, seperti lagu saat memotong padi. Sebenarnya dari dulu ingin punya album berisi bahasa Kodi tapi sekarang baru kesampaian," jawab Sandro.

Sandro juga menjelaskan, dalam albumnya ada bonus track Bandarra (ragam gerak). Bandarra sesungguhnya adalah tarian bersama yang selalu ditarikan setiap acara adat. "Saya coba mengambil tarian ini dan dikoreografikan modern, ada juga gerakan tarian Kataga dan tarian Kodi sehingga menjadi beragam gerak. Tarian ini bisa ditarikan orang Sumba saat pesta-pesta dan atau acara olahraga. Bandarra ini sebagai bonus dalam album ini," ujar Sandro mempromosi.

Ia menyatakan, di Sumba, tarian yang dilakukan secara massal belum ada. Kondisi ini berbeda dengan di Pulau Flores dan Pulau Timor. Di Flores ada dolo-dolo, Ja'i dan lain-lain. Di Timor ada Tebetebe.

"Siapa saja yang menyaksikan klip tarian Bandarra, pasti bisa mengikuti gerakannya. Tidak perlu pakai instruktur segala," ujarnya. Lebih lanjut Sandro menjelaskan alasannya memilih lagu daerah Sumba. Menurutnya, mau menunjukkan identitas budaya Sumba.

"Di Pulau Flores dan Pulau Timor berkembang sekali lagu daerah. Sumba terlambat. Di Sumba sangat minim lagu daerah. Kalau bukan kita yang genjot, siapa lagi. Selain itu, kehadiran lagu daerah akan membuat generasi muda tidak lupa dengan bahasa daerahnya sendiri," kata Sandro beralasan. Ia mengharapkan, albumnya bisa diterima masyarakat NTT, lebih khususnya masyarakat di Pulau Sumba. (aca)

Editor : alfred_dama
Source : Pos Kupang

0 komentar Anda:

Baca Juga

Links